DEBI

DEBI
ALFID

Selasa, 29 Maret 2011

ERROR CODE DAN RESET CANON MP145, MP160, MP198

ERROR CODE DAN RESET CANON MP145, MP160, MP198


ERROR CODE CANON MP145/MP160 :


E2-2 = tidak ada kertas (ASF)
E3-3 = Paper jam
E4 = tidak ada tinta/cartridge
E5-5 = ink cartridges tidak terpasang atau cartirdge yang terpasang salah (tidak compatibel)
E8 = absorber full, atau platen waste ink absorber full mita direset
E9 = hubungan ke digital camera / video camera tidak support
E14 = Ink cartridges whose destination are wrong
E15 = Ink cartridge tidak terpasang E16 - Ink remaining is unknown
E16 -E19 = masalah pada scan head alignment sheet
E22 = Carriage error
E23 = Paper feed error
E24 = Purge unit error (bagian pompa cleaning head)
E25 = ASF(cam) sensor error
E26 = Internal temperature rise error
E27 = ink absorber full or platen waste ink absorber full > reset dengan toolsnya
E28 = Ink cartridge temperature rise error -
E29 = EEPROM error
E33 = Paper feed position error
E35 15 = USB Host VBUD overcurrent error - USB
E37 17 = motor driver tidak normal
E40 20 = hardware lain error
E42 22 = Scanner error

CARA MERESET WASTE INK COUNTER CANON MP160/MP145/MP198
Sebelum mereset lihat dulu pesan error yang terdapat pada lcd printer anda :
cara dibawah ini digunakan untuk memperbaiki printer yang mempunyai pesan ERROR E27

1. Matikan printer(pastikan kabel power masih terpasang), tekan dan tahan tombol STOP/RESET kemudian tekan dan tahan tombol ON/OFF dan lepas STOP/RESET,
kemudian tekan tombol STOP/RESET 2x
2. Lepaskan kedua tombol, sekarang printer dalam posisi SERVICE MODE (pada LCD printer muncul angka"0")
3. Setelah lampu on/off berwarna hijau, silahkan tekan tombol STOP/RESET sesuai dengan petunjuk berikut:
di tekan 1x = lampu Orange nyala >untuk Service pattern print
di tekan 2x = lampu Hijau nyala >untuk EEPROM print
di tekan 3x = lampu Orange nyala >untuk EEPROM reset
di tekan 4x = Lampu Hijau Nyala >untuk Waste ink counter reset
4. Matikan printer dan cabut kabel POWER.
5. Hidupkan kembali printer anda

Rabu, 16 Maret 2011

adaptasi psikologi pada bayi dan anak......

PERILAKU EMOSI PADA BAYI DAN KANAK-KANAK

1.      PENGERTIAN EMOSI
-          Emosi adalah reaksi yang bersifat subjektif, seperti kesedihan, ketakutan, kebahagiaan, yang selalu diidkuti oleh perubahan fisiologis dan perilaku. Papalia et al (2009) p. 178
-          Emotions, such as sadness, joy, and fear, are subjective reaction to experience that are associated with physiological and behavioral changes. (Sroufe, 1997)
2.      DASAR TEORI PERKEMBANGAN EMOSI
Studi mengenai emosi saat ini tidak dapat mengesampingkan peran dari Daniel Goleman. Melalui bukunya “Emotional Intelligence” Goleman mencoba menyatakan bahwa  unsur emosi merupakan faktor yang turut berperan dalam keberhasilan hidup seseorang.
Menurut Goleman, kecerdasan emosi mencakup unsur-unsur berikut:
1.      Kemampuan seseorang mengenali emosinya sendiri
2.      Kemampuan mengelola suasana hati
3.      Kemmapuan memotivasi diri sendiri
4.      Kemampuan mengendalikan hawa nafsu
5.      Kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Aspek emosi mengalami perkembangan yang signifikan  pada periode anak. Seiring pertambahan usia, kemampuan anak untuk megenali emosinya sendiri semakin berkembang. Anak-anak semakin menyadari perasaannya sendiri dan orang lain.
Menurut Papalia et al (2009) pada usia 7 atau 8 tahun, rasa malu dan kebanggaan, yang tergantung pada kesadaran terhadap akibat tindakan mereka, akan memengaruhi pendapat mereka tentang diri mereka sendiri. Pada periode kanak-kanak lanjut, anak akan lebih empatis dan perilaku menolong semakin berkembang. Anak-anak juga mulai belajar mengontrol emosi negatif.
3.       PERKEMBANGAN EMOSI PADA BAYI
Berikut ini adalah tahap perkembangan bayi menurut papalia et al (2009) yang diadaptasi dari sumber Sroufe:
-          Bayi umur 0-3 tahun
-          Bayi mulai bisa menerima stimulus dan rangsangan. Mereka mulai menunjukkan ketertarikan dan kepenasarannya, dan mulai bisa untuk tersenyum kepada orang-orang disekitarnya.
-          Bayi usia 3-6 tahun
Bayi mulai bisa mengantisipasi apa saja yang terjadi pada sekitarnya  dan mulai merasakan kekecewaan. Bayi pada usia ini menunjukkan kekecewaan dengan menjadi marah atau bertindak hati-hati. Mereka sering tersenyum, mengoceh, dan tertawa. Pada usia ini merupakan titik dari awal adanya interaksi antara bayi dengan pengasuhnya.
-          Bayi usia 6-9 bulan
Bayi mulai mencoba untuk menarik perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai  berbicara, menyentuh, dan membujuk bayi lain untuk bisa menarik perhatian. Expresi emosi mereka lebih bervariasi. Mereka menunjukkan kegembiraan, ketakutan, kemarahan, dan keterkejutan.
-          Bayi usia 9-12 bulan
Bayi menjadi sangat lekat dengan pengasuhnya dan berinteraksi dengan pengasuh secara intens, kadang-kadang  merasa takut dengan orang asing, dan bertindak tenang dalam lingkungan dan situasi yang baru. Bayi lebih sering menghabiskan waktu bermain sendirian saja. Dan ketika ada orang asing yang meskipun tampak ramah mendekat, bayi akan memandanginya dan tiba-tiba saja meledakkan tangisnya sambil mendekati pengasuhnya.
-          Usia 12-18 bulan
Balita mulai mengeksplorasi lingkungannya, menggunakan orang-orang yang paling dekat dengannya sebagai bodyguard. Ketika mereka menguasai lingkungannya, mereka menjadi lebih percaya diri dan lebih bersemangat.
-          Usia 18-36 bulan
Balita kadang-kadang merasa cemas karena mereka mulai menyadari adanya jarak atau keterpisahan dengan pengasuh mereka. Mereka bekerja keras di luar kesadaran mereka tentang keterbatasan mereka dalam berfantasi dan bermain dan dengan mengidentifikasi  orang dewasa.
3.1.Cara bayi mengekspresikan emosi
a.       Menangis
Selama tiga bulan pertama, bayi akan sering sekali menangis dan kemudian tangisannya berhenti. Kondisi ini akan berlangsung sampai memasuki usia enam bulan,  terutama pada malam hari.
Pada umumnya, jika dihitung berapa lama bayi menangis setiap hari maka totalnya kurang lebih sekitar dua jam. Sekitar 75% bayi menangis paling lama 30 menit sebelum tangisannya berhenti. Menangis adalah cara bayi memberitahukan keinginan dan perasaannya pada sekitarnya karena belum mampu berbicara. Menangis adalah bentuk komunikasi alami pada bayi.
Berdasarkan riset, (papalia et al ) ada beberapa bentuk tangisan bayi, yang masing-masing bentuk tangisan ini bermakna sesuatu, yaitu the basic hunger cry (tangisan lapar); the angry cry (tangis kemarahan); the pain cry (tangis kesakitan); dan frustation cry (tangisan frustasi). Papalia p. 179
Kebanyakan ibu di Indonesia ketika melihat bayinya menangis, akan segera memberikan asi atau susu botol kepada mereka. Ini adalah kebiasaan yang salah, dan akan berpengaruh buruk bagi perilaku bayi di masa yang akan datang. Karena sang ibu  mendidik untuk memasukkan sesuatu ke dalam mulut setiap kali menangis, kelak ketika dewasa,  setiap ditimpa masalah anak akan cenderung  melampiaskan masalahnya dengan banyak makan.  Akibatnya, anak akan  rentan terhadap obesitas dan gangguan penyakit lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui  makna bahasa – bahasa tubuh bayi yang ditunjukkan lewat tangisan mereka.
1)      Membaca bahasa Tubuh lewat tangisan bayi
Komunikasi non-verbal melibatkan penggunaan ekspresi wajah, tangan, lengan, dan gerakan kaki dalam suatu pola dan kombinasi, dimana masing-masing gerakan memiliki makna tertentu. Para psikolog menyatakan bahwa meskipun sudah dapat berbicara, bayi menggunakan 55% bahasa tubuh untuk memberitahukan keinginan mereka. (Dr. P. 38)
Di bawah ini adalah beberapa macam tangisan bayi dan maknanya
  • Bayi merasa tidak nyaman
Jika merasa kesakitan, tangisannya terdengar nyaring, hampir seperti jeritan, kemudian seperti mengambil nafas, lalu menjerit lagi. Dan apabila kesakitan karena suatu penyakit, gerakan anggota tubuhnya cenderung lemah.
  • Bayi ingin ditemani
Saat bayi merasa sedih dan kesepian karena tidak dapat melihat Ibunya, tangisannya terdengar pilu, tidak nyaring. Seolah-olah sedang merasa sedih, bukan sedang marah. Tangan dan kaki tidak begitu banyak bergerak.
  • Bayi ingin diberi makan
Tangisan karena lapar biasanya berulang-ulang dan nyaring. Tangisannya kemudian berhenti sejenak untuk bernafas, kemudian menangis lagi,lalu bernafas sejenak, dan terus seperti itu. Tangan dan kakinya bergerak dengan penuh kekalutan.
  • Bayi ingin popoknya diganti
Tangisan ini biasanya disebabkan karena bayi mulai merasa tidak nyaman, awalnya pelan kemudian perlahan tangisannya semakin keras. Bayi juga berguling-guling di atas tempat tidurnya sambil menangis.
  • Bayi merasa bosan
Karena tangisan seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan perhatian, maka akan terdengar seperti teriakan, bukan jeritan. Secara tiba-tiba bayi menggerakkan badannya saat melihat pengasuh mendekatinya. Biasanya, bayi cenderung bergerak dengan lebih lamban.
  • Bayi merasa kelelahan
Kelelahan membuat bayi cepat menangis. Bayi akan merengek penuh kesakitan, dan mungkin tertidur tidak lama setelah itu. Kemudian bayi akan bangun dengan terkejut, dan akan menggosok-gosok mata dengan tangannya atau menarik telinganya.
2)      Cara Menenangkan Bayi
Ada beberapa cara untuk menenangkan bayi yang sedang menangis. Cara yang paling umum adalah menggendong dengan penuh kasih sayang, sambil berjalan di sekeliling rumah, memberikan kontak fisik dengan memeluk, memijat dengan lembut, atau membedong dengan selimut. Selain itu juga bisa dengan memberinya makan, memberikan rangsangan dasar seperti suara-suara nyanyian nina bobo, memberikan mainan yang membuatnya senang, memandikan dengan air hangat, atau dengan merespon tindakannya dengan bercakap-cakap. Usaha menenangkan bayi membutuhkan pembelajaran trial and error.
b.      Tersenyum Dan Tertawa
Tersenyum yang paling awal terlihat secara samar dan terjadi secara spontan sesaat setelah bayi dilahirkan. Bayi dapat tersenyum oleh sensasi ringan, seperti tertawa di hadapannya, atau meniup lembut di kulitnya. Pada minggu kedua, bayi dapat tersenyum dengan lebar setelah penyusuan. Pada minggu ketiga, kebanyakan bayi mulai tersenyum ketika mereka  memperhatikan  pengasuh itu menganggukkan kepala dan mendengar suaranya. Pada usia sekitar satu bulan, bayi biasanya menjadi lebih sering tersenyum. Selama bulan kedua, karena kemampuan  visual yang berkembang, bayi tersenyum lebih kepada adanya rangsangan visual, misalnya tersenyum hanya karena melihat wajah-wajah yang dikenalinya.
Pada bulan keempat, Bayi tertawa terbahak-bahak ketika dicium  dan digelitik perutnya. Setelah  bayi tumbuh dewasa, mereka menjadi lebih aktif terlibat dalam interaksi yang menyenangkan. Bayi yang berusia enam bulan akan tertawa cekikikan sebagai tanggapan terhadap ibu yang membuat suara yang tidak biasa atau muncul dengan handuk di wajah; sedangkan bayi usia 10 bulan akan tertawa dan mencoba untuk mengembalikan handuk yang terjatuh ke wajah ibunya. Permainan ci-luk-ba ini tidak hanya mempengaruhi perkembangan emosinya, tetapi juga perkembangan kognitifnya.
3.2  Studi kasus
Bayi yang menangis terus menerus
Meskipun dengan berbagai cara di atas sudah dicoba, untuk menenangkan bayi, bisa saja bayi tetap menangis sepanjang waktu, setiap hari, tanpa tidur. Ratapan tanpa akhir ini seolah menghilangkan semangat para orang tua. Survey membuktikan bahwa antara 15-20% orangtua menggunakan jasa professional untuk menenangkan bayinya.
Alasan yang paling banyak ditemukan saat bayi menangis terus menerus khususnya tangisan malam hari pada bayi berusia tiga bulan adalah karena colic. Istilah colic berasal dari bahasa Yunani kolokos yang berarti ‘berhubungan dengan colon (usus besar), yang menandakan adanya gangguan pada lambung. Para dokter menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan rasa sakit dalam perut yang mungkin disebabkan oleh kejang pada otot perut. Namun, tidak semua bayi menangis pada usia ini (sekitar tiga bulan) karena rasa sakit tertentu.
Tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan mengapa puncak tangisan bayi karena colic terjadi di malam hari, dan mengapa pula hal ini terjadi hanya dalam bulan-bulan pertama sejak dilahirkan. Dan tidak ada cara yang ampuh untuk meredakan tangisan seperti ini. Memijat dengan lembut dan memeluk adalah beberapa cara yang dapat membantu menenangkan bayi yang terkena colic.

PERKEMBANGAN EMOSI PADA BALITA DAN ANAK-ANAK
Pada usia 3 hingga 5 tahun, banyak anak menjadi tertarik untuk memiliki teman-teman imajiner dan bermain fantasi. Bermain fantasi memungkinkan anak-anak untuk berperilaku berbeda dengan cara yang aman dan memperoleh perasaan yang kuat karena merasa  diterima oleh teman-teman imajiner mereka. Berfantasi juga membantu perkembangan sosial anak. Dengan berfantasi, mereka belajar untuk menyelesaikan konflik dengan orang tua atau anak-anak lain, sehingga membantu mereka melampiaskan frustrasi dan mempertahankan harga diri. Juga pada saat itu, anak-anak mengalami ketakutan yang khas seperti ketakutan pada “rakasa di lemari”, yang mana ketakutan ini adalah normal.
Pada usia 7 sampai 12 tahun, anak-anak belajar melalui berbagai  masalah; konsep diri,  kompetensi di dalam kelas, hubungan dengan teman sebaya yang ditentukan oleh kemampuan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik, dan hubungan keluarga , yang ditentukan oleh  persetujuan dari orang tua dan saudara kandung. Meskipun banyak anak tampaknya untuk menempatkan nilai tinggi pada peer group, mereka masih terlihat terutama kepada orang tua untuk dukungan dan bimbingan. Saudara sekandung terkadang  dipakai sebagai model peran  dalam apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Pada usia ini, anak-anak yang bersekolah sangat bersemangat dan sering merespon dengan baik berbagai nasihat tentang keselamatan, gaya hidup sehat, dan penghindaran perilaku berisiko tinggi.
3.1. Bentuk-Bentuk Perilaku Emosi
Self – Concious emotions, seperti rasa malu, empati, rasa iri, akan muncul hanya jika self-awareness pada anak-anak sudah mulai berkembang. Pada usia sekitar 3 tahun, setelah memiliki self-awareness yang didukung oleh pengetahuan yang cukup tentang standar peraturan lingkungan sekitarnya, anak-anak menjadi lebih baik dalam mengevaluasi pemikiran, perencanaan, keinginan, dan perilaku mereka sendiri yang mungkin bertentangan dengan standard lingkungan mereka. Setelah itu, baru mereka mencapai self-evaluative emotions seperti rasa bangga, rasa bersalah, dan rasa malu.
Empati dan altruisme adalah salah satu bagian terpenting dalam perkembangan emosi pada anak. Empati adalah ikut merasakan apa yang orang lain pikirkan, sedangkan altruisme adalah sebagai akibat dari empati, yaitu perilaku menolong. (Papalia p. 180)
Isu-Isu terbaru Yang berkaitan dengan Emosi anak dan Solusinya
-          Stres dan Depresi pada Anak
Arnold (1990) menyatakan bahwa saat ini banyak ditemukan orang tua yang mempercepat proses pertumbuhan anak dengan memperlakukan anak seperti orang dewasa dan membebani mereka dengan beban hidup orang dewasa.
-       Gangguan perilaku merusak
Perilaku yang memperlihatkan agresivitas, ketidak-patuhan, dan antisosial. Anak suka membantah, kasar perangai, dan suka menyakiti orang lain. Pada tahap yang lebih parah, anak suka berbohong, berkelahi, mengganggu anak yang lebih kecil (bullying), mencuri, menghancurkan benda di sekitarnya.
-       Gangguan kecemasan atau gangguan mood
Merasa selalu sedih, tertekan, tidak dicintai, gugup, takut, kesepian. Gangguan kecemasan dapat bermacam-macam bentuknya. Misalnya, fobia bersekolah, yakni anak merasa takut yang tidak realistis untuk pergi ke sekolah. Alasannya dapat bermacam-macam: Guru yang kasar, tugas dan PR yang berlebihan, dinakali oleh anak yang lebih besar, merasa terpisah dari rumah atau orang tua. Contoh gangguan kecemasan lain pada anak adalah gangguan mood (terutama kesedihan) yang berlangsung melebihi periode normal. Anak tidak mampu lagi bergembira atau berkonsentrasi, selalu kecapaian, melakukan aktivitas ekstrim, apatis, selalu menangis, mengalami masalah tidur, berat badan berubah drastis, mengalami keluhan fisik yang tidak jelas, merasa diri tidak berharga, merasa tidak berteman, bahkan kadang-kadang berpikir ingin mati (diadaptasi dari Diane E. Papalia, Human Development, 10th edition, Mc. Graw Hill, 2007)
Gejala atau tanda adanya stress pada anak usia sekolah:
Berikut ini adalah beberapa gejala atau tanda yang menunjukkan adanya stress pada anak-anak usia sekolah. Diantaranya:
1.      Kemunduran perilaku kembali ke tahap sebelumnya: mengompol, menggigit kuku, menghisap ibu jari.
2.      Menarik diri dengan sebab tidak jelas: tidak mau bicara, murung.
3.      Kehilangan motivasi atau kemampuan untuk konsentrasi di sekolah.
4.      Perubahan perilaku yang kelihatan.
5.      Nafsu makan menurun dan tidur tidak nyenyak.
6.      Mudah tersinggung tanpa sebab jelas.
7.      Keluhan fisik: sakit perut, sakit kepala.
8.      Bermasalah dalam berhubungan dengan teman sebaya.( psikologi anak, 75-77)
Kesehatan mental anak biasanya mengacu ke kesehatan emosi. Anak yang sehat mental tidak mengalami kesulitan di bidang emosi atau perilaku. Namun demikian, sejumlah anak mengalami gangguan emosi. Gangguan emosi yang lazim terjadi pada kanak-kanak usia lanjut.
Hal-hal yang menyebabkan stress, agresivitas, dan depresi pada anak:
-          Kekerasan pada anak baik secara psikologis maupun fisik.
-          Gangguan fisiologis
-          Orang tua yang tidak konsisten dan tidak kompak.(Ayah Edi, p. 23 & 31)
-          Perlakuan tidak hormat dari orang tua.
-          Orang tua yang menghukum ketika marah.
Solusi menangani perilaku emosional yang mengarah pada agresivitas pada anak:
-          Dengan metode Pendisiplinan 1-2-3 Magic (p.138-139)
Contoh:
o    Scene I – Ibu yang percaya bahwa anak adalah orang dewasa kecil.
Anak         : “Bolehkah aku makan twinkie?”
Ibu           : “Tidak, Sayang.”
Anak         : “Mengapa tidak boleh?”
Ibu           : ‘Karena kita akan makan malam pukul 6 nanti.”
Anak        : “Yah, tapi aku ingin makan satu saja.”
Ibu           : “Ibu baru saja memberi tahu kamu kalau kamu tidak boleh makan satu pun.”
Anak        : “Ibu tidak pernah memberiku apa pun.”
Ibu           : “Apa maksudmu tidak memberi apa pun? Apakah kamu berpakaian? Apakah ada langit-langit di atas kepalamu? Bukankah kamu baru saja makan dua detik yang lalu?”
Anak        : “Ibu memberi Joey satu setengah jam yang lalu.’
Ibu           : “Dengar, apakah dia ini kakakmu? Lagipula, ia menghabiskan makan malamnya.”
Anak        : “Aku janji menghabiskan makan malamku.”
Ibu           : Jangan janji-janji terus dengan Ibu seperti itu, Monica! Kemarin, pukul setengah lima sore, kamu makan roti lapis dengan selai kacang dan jelly dan kamu tidak makan apa pun saat makan malam!”
Anak        : “BAIK, AKU AKAN PERGI DARI RUMAH DAN MATI KELAPARAN!”
Ibu           : “BAIK, DENGAR. IBU LELAH DENGAN SEMUA INI!!”
o   Scene II – Ibu memulai Metode 1-2-3
Anak        : “Boleh aku makan twinkie?”
Ibu           : “Tidak, Sayang.”
Anak        : “Mengapa tidak boleh?”
Ibu           : “Karena kita akan makan malam pukul 6 nanti.”
Anak        : “Yah, tapi aku ingin satu saja..”
Ibu           : “Satu.”
Anak        : “Ibu tidak pernah memberiku apa pun.”
Ibu           : “Dua”
Anak        : “BAIK, AKU AKAN PERGI DARI RUMAH DAN MATI KELAPARAN!!!”
Ibu           : “Tiga, masuk kamarmu 15 menit.”
Scene II – Ibu bertindak jauh lebih baik. Anak yang untuk sementara tidak bahagia ini mendapat time out dan episode ini pun berakhir. Bagaimana ini akan berlangsung ketika anak lebih terbiasa dengan metode hitungan 1-2-3 dan menyadari bahwa pengujian dan manipulasi tidak ada gunanya.
o   Scene III – 1-2-3 Setelah beberapa hari.
Anak         : “Boleh aku makan twinkie?”
Ibu           : “Tidak, sayang.”
Anak         : “Mengapa tidak boleh?’
Ibu           : “Karena kita akan makan malam pukul 6 nanti.”
Anak        : “Yah, tapi aku ingins mencoba satu saja.”
Ibu           : “Satu…”
Anak         : (Diam) “Oh, baiklah.” (Dengan mengomel keluar dari dapur.)
Kembali pada scene ini Ibu melakukan tugas dengan baik, tanpa banyak membujuk, merayu, menjelaskan, saling berargumen dan saling berteriak. Metode 1-2-3 ini terbukti efektif dalam menangani agresivitas anak.
Dengan teknik disiplin bina kasih (induktive) dan pengasuhan yang demokratis/otoritatif (Salztein dan Eckerisberger dalam Kusdwiratri Setiono, Psikologi Perkembangan 2009).
Ketika bayi dan anak-anak  merasa aman secara emosional dan fisik, mereka memiliki kesempatan untuk bebas mengeksplorasi lingkungan mereka. Mereka dapat berinteraksi dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, dan memperoleh rasa identitas melalui pemahaman dan kepercayaan diri  dalam diri mereka sebagai individu. Kunci untuk pengembangan sosial dan emosional adalah hubungan yang kuat, positif,  dan aman. Bayi dan balita memerlukan pengasuhan orang dewasa yang konsisten, mendukung dan responsif. Orang dewasa yang peduli, menyediakan lingkungan yang aman, stabil, dan dapat mendukung kemerdekaan  dan  pertumbuhan anak-anak  itu. Lingkungan yang seperti itulah yang mampu menawarkan hubungan yang sehat dan baik dengan orang lain.

Selasa, 15 Maret 2011

fisika kesehatan

Perkembangan fisika dan radioterapi

Radioterapi adalah sebuah teknik terapi bagi para penderita kanker yang cukup populer. Radioterapi telah mengalami teknik radiasi yang berkembang dari sejak pertama kali diperkenalkan sampai saat ini. Indonesia mengenal adanya radioterapi sudah cukup lama dengan didirikannya fasilitas radioterapi di RSCM. Sampai saat ini, tersedia beberapa pusat radioterapi yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia dengan sebagaian besar terpusat di pulau jawa. Dengan perhitungan matematis apakah sudah cukup fasilitas yang ada dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa?

Kembali ke pokok bahasan, radioterapi adalah secara harfiah adalah melakukan sebuah terapi kanker atau tumor dengan sebuah radiasi. Radiasi yang dimanfaatkan pada terapi ini adalah radiasi pengion, yang mempunyai sifat daya rusak terhadap sel makhluk hidup. Dengan daya rusak sel inilah, radiasi pengion dimanfaatkan untuk membunuh sel kanker. Tentunya ada sebuah pertanyaan bagaimana dengan sel jaringan normal ? Ya tentu saja sel di jaringan normal mati juga, namun dari sebuah konsep radiobiologi, respon sel kanker dan normal mempunyai respon yang berbeda terhadap radiasi pengion ini yang dikenal dengan therapeutic ratio. Dengan hasil penelitian inilah, logika pemanfaatan radioterapi menjadi berkembang menjadi teknologi cangging dengan aksesoris yang rumit.

Dalam perkembangannya, teknik radioterapi mengalami teknik radiasi ” pisang goreng” dalam artinya sumber radiasinya tetap dan pasienya yang disesuaikan. Dengan penalaran yang logis akhirnya didesainlah sebuah perangkat pesawat teleterapi dengan teknik pasien tetap dan sumber radiasi yang disesuaikan terhadap pasien. Dengan perkembangan teknologi yang semakin mapan berkembang teknik radioterapi juga berkembang dari konvesional, 3D conformal, IMRT, IGRT, dan teknik dengan desain sumber radiasi yang cukup spektakuler seperti tomoterapi.

Apa sebenarnya yang dibisa dilihat dari perkembangan teknik radioterapi ini? Teknik konvensional ke 3D CRT adalah mengubah pandangan dari teknik radiasi konvensional anterior posterior atau box system yang setidaknya perhitunganya dapat dihitung dengan tangan mejadi keharusan menggunakan fasilitas komputer untuk menghitung dosis radiasi sebelum dilakukan penyinaran pasien. Teknik 3D CRT memdesain sedemikian hingga dosis membentuk distrubusi dosis mengikuti kontur tumor target . Tentu saja perhitungan manual sangat sulit memprediksi ini.

Sekarang sudah menjadi program IAEA yaitu transisi 3D CRT ke Intensity Modulation Radiation Therapy (IMRT), walaupun teknik IMRT sudah diperkenalkan penggunaanya pada tahun 90-an. Apa yang dikembangkan dari teknik ini? IMRT adalah membuat sebuah konsep yang tadinya kita membuat perencanaan berkas radiasi dari beberapa lapangan dan dapat dihitung distribusi dosisnya dibalik menjadi kita menentukan telebih dahulu dosis target dan organ at risk (OAR)-nya kemudian dihitung balik berapakah intensitas radiasi yang harus diberikan pada masing-masing segmen target radiasi yang dikenal dengan invers planning.

Akuratkah perhitungan yang dilakukan dengan komputer? Kita mempercayai bahwa komputer dengan algoritmanya mengeksekusi perintah yang diberikan adalah benar. Namun seperti halnya dalam sebuah pengadilan, vonis benar atau salah haruslah adalah sebuah saksi atau bukti. Oleh karena itu, bergunalah para fisikawan dan ilmuwan mendesain ionization chamber yang dapat menunjukkan berapakah dosis radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Hasil pengukuran dengan instrumen IC dan alat pencacahnya menjadi sebuah saksi dan bukti kebenaran sebuah ekseskusi program komputer.

Dilihat dari semua di atas, peranan para fisikawan dan ilmuwan lain yang mendedikasikan dirinya untuk membangun radioterapi yang aman sangat besar. Aman dalam artian adalah membuat sebuah tatalaksana terapi dengan radiasi dengan tingkat akurasi yang tinggi dan sebisa mungkin menghidari dosis berlebih di jaringan normal dan jaringan/organ beresiko. Para ilmuwan telah berusaha membuat sebuah perangkat, teknik, dan perhitungan dosis yang akurat untuk mencapai tujuan aman.

Harapan kita bahwa teknologi radioterapi ini bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia di jaman yang serba instan ini.